Rabu, 03 Agustus 2011

Ketimpangan Sistem Pendidikan Indonesia

Sedikit share, ini salah artikel yang aku tulis yang dikutsertakan dalam program beasiswa di salah satu perusahaan swasta, mudah2n artikel ni tembus, aminnn :) 

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mutlak dari setiap manusia. Tanpa pendidikan manusia akan terbelakang dan tidak berkembang layaknya manusia primitif. Pendidikan mengarahkan manusia agar memiliki pengetahuan yang luas dan berkualitas secara spiritual, moral dan etika,  sehingga mampu bersaing dengan sehat di tengah dunia yang semakin berkembang pesat
.

Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia???

Tujuan pendidikan Indonesia  salah satunya  tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu  “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan warga negara untuk turut berperan aktif dalam membangun  dan mengharumkan nama bangsa.

Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,  pendidikan di Indonesia kerap menaruh perhatiannya pada teori dan hapalan. Para pelajar dituntut untuk mengetahui dan menghapal materi serta berlomba-lomba dalam mempertinggi IQ ( intelligent Quotient).


Pendidikan tidaklah menekankan pada kecerdasan dan pengetahuan semata. Tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan anak cerdas, pintar,dan kritis, tetapi berupaya menjadikan anak yang berkualitas baik secara IQ Dan ESQ (Emotional Spritual Quotient). Banyak orang yang ber-IQ tinggi, menciptakan inovasi, sayangnya tidak dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena  IQ yang bagus harus diimbangi dengan ESQ yang baik, karena pendidikan tanpa ESQ akan melahirkan seseorang yang cerdas tetapi   low society, dan  low morality, sehingga nilai kecerdasannya seringkali kurang membuming di masyarakat.


Rendahnya ESQ dapat dilihat dari banyaknya pelajar yang sudah tidak mengindahkan lagi nilai etika dan moral terutama kejujuran yang semakin pudar. Nilai spiritual yang semakin terasingkan menyebabkan kebanyakan pelajar menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Fenomena lirik  kanan, lirik kiri, lirik atas ,lirik bawah sudah hal lumrah yang sering dijumpai terutama ketika pelaksanaan ujian.  Ada yang rela merogoh uang saku untuk membeli kunci jawaban, bahkan ada juga yang  mengeluarkan jurus untuk membeli hati pengajar sehingga mendapatkan nilai yang diinginkan. 


Salah satu contoh dalam pelaksanan Ujian Akhir Nasional. Pada mulanya tujuan diadakan UAN adalah sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan pelajar dalam memahami pelajaran. Namun dalam pelaksanaanya, UAN seperti dianggap bomerang. Mereka kerap kali mencari cara dengan jalan cepat agar dapat lolos dari bomerang. Sering didapati bahwa siswa rela membayar berjuta-juta untuk mendapatkan bocoran kunci jawaban bahkan mereka telah mendapatkan soal sebelum pelaksanaan UAN. Adanya pembentukan  tim sukses tersembunyi dalam pelaksanaan UAN  yang melibatkan  guru-guru untuk membantu para siswanya agar lulus 100% membuktikan bahwa pelaksanaan UAN yang tujuan baik sudah tidak berjalan dengan sehat.  Kondisi demikian menunjukkan bahwa nilai-nilai kejujuran dan  sportifitas sudah di abaikan,  kecerdasan intelektual  mengalahkan  kecerdasan spiritual.  Keadaan seperti ini jika tidak segera dibenahi maka tujuan UAN sebagai standarisasi pendidikan nasional tidak akan tercapai. 


Rasa tanggung jawab dan nilai kejujuran yang tidak diindahkan lagi menimbulkan nilai persaingan yang tidak sehat, rasa saling menghargai dan menghormati semakin pudar. Keterlibatan pelajar, pengajar dan oknum pendidikan dalam pelaksanaan UAN yang tidak sehat, menunjukan semakin sulitnya menemukan orang jujur. Tidak heran jika dalam perkembanganya banyak melahirkan pemimpin bangsa yang kurang terpuji. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme merupakan bagian dari kehidupan mereka.
 Oleh karena hal tersebut di atas, sistem pendidikan nasional kita perlu dibenahi, pembentukan karakter merupakan fokus utama, karena merupakan akar atau pondasi yang akan menjadi penopang dalam perkembangan kehidupan kelak. Pendidikan karakter berupa ESQ berlaku bagi seluruh stickholders (pelajar, guru, pejabat pendidikan, dll). Pembentukan karakter ini harus dibangun sekuat mungkin dan sedini mungkin serta secara kontinu, layaknya sebuah  bangunan, kokoh tidaknya suatu bangunan tergantung dari pondasi yang dibangunanya, jika pondasinya tidak kokoh maka  bangunan tersebut akan   cepat roboh, begitupula sebaliknya. Pendidikan karakter akan melahirkan penerus bangsa yang memiliki Kemampuan intelektual dan spiritual yang tinggi, karena hal inilah yang akan digunakan dalam kehidupan sebagai senjata utama dalam menghadapi persaingan bangsa.


PUTRI Nurlestari 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar